Rabu, 26 Maret 2014

Analisis Karya Sastra Chairil Anwar " Tak Sepadan "

Dalam sebuah kebudayaan manusia terdapat hasil fikir dari manusia itu sendiri, mereka menciptakan berbagai macam penciptaan yang bisa mereka ciptakan mulai dari teknologi sampai dengan hal-hal yang berhubungan dengan jiwa manusia itu sendiri. Dalam pembahasan ini akan diulas mengenai karya sastra yang diciptakan oleh manusia untuk mengekspresikan jiwa nya kedalam sebuah karya yang dinilai memiliki keindahan tersendiri.

Dalam pembahasan ini akan diambil salah satu karya sastrawan yang sangat berpengaruh dalam dunia sastra Indonesia, beliau adalah Chairil Anwar dengan karyanya yang berjudul "Tak Sepadan".

Tak Sepadan

Aku kira
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa ahasveros

Dikutuk sumpahi eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka

Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak'kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka

(Februari 1943, Chairil Anwar)

Dalam puisi ini Chairil Anwar menempatkan dirinya sebagai aku dan yang ia hadapi adalah seseorang yang dekat dengannya, dalam puisi ini sebagai "aku" berangan-angan atau memisalkan takdir yang akan terjadi pada seseorang yang ia bicarakan dalam bait pertama itu, karena terlihat dari perkataan "Aku kira, beginilah nanti jadinya", dan baris selanjutnya adalah ungkapan terusan dari "aku" sebagai yang berbicara dalam puisi itu.

Terlihat juga dalam puisi ini sang "aku" merasakan keputusasaan dalam perjuangannya, dia merasa telah dibebani dengan takdir yang pahit, yang membuat sukar apa yang ia perjuangkan, hal ini terlihat dalam kata dalam puisinya "dikutuk sumpahi eros", dikutuk menyumpahi eros, nah sedangkan eros dalam mitologi yunani adalah salah satu dewa cinta atau dewi kesuburan, sang aku ini dikatakan telah menyumpahi dewa itu sehingga kesuburan dan cinta tidak datang kepada diri sang "aku" sebagai penderita, juga hal itu terlihat di baris selanjutnya "merangkaki dinding buta, tak satu juga pintu terbuka", dalam artian sang "aku" berusaha sekuat tenaga sampai tidak sadar akan dirinya, tapi tak ada satupun jalan keluar untuk dirinya dari kesukaran yang dialaminya.

Pada bait ketiga dilukiskan bahwa sang "aku" ini menyerah akan ketidakpantasan nya terhadap cintanya, karena meski tanpa adanya dia, orang yang ia cintai tidak akan berada dalam kesulitan apapun, terlihat dalam cara pemilihan kata nya "baik juga kita padami, unggunan api ini" unggunan api ini maksudnya adalah perjuangannya atau bahkan hidupnya, lalu di akhir baris dari bait terakhir "aku terpanggang tinggal rangka", maksudnya dia sudah tidak berarti apa-apa sekarang karena lelahnya dia berjuang dan akhirnya dia menyerah maka tidak tersisa apapun dari dirinya hanya tinggal rangka yang mungkin dimaksudkan sebagai penyokong hidupnya, yaitu jiwa dan ruh sang "aku" dalam puisi ini.

Dari analisis puisi tersebut kita bisa menyadari bahwa puisi bukan hanya sekedar kata-kata sederhana yang dibuat asal saja tetapi mengandung makna tersendiri di dalamnya, begitu indah karya yang diciptakan manusia, maka dari itu cobalah berkarya dan menjadi manusia yang berguna.

Mohon maaf bila ada kesalahan tulisan dalam atau pemilihan kata dalam pembahasan ini, terimakasih dan mohon kritik dan saran dari pembaca yang budiman.

Rabu, 19 Maret 2014


Suku Laut ( Kepulauan Riau )


Sejarah

Suku Laut adalah suku yang berada di pesisir sepanjang kepulauan Riau. Beberapa sejarah mencatat bahwa suku Laut ini terbentuk dari lima periode kekuasaan. yakni masa Batin (kepala klan), Kesultanan Melaka-Johor dan Riau-Lingga, Belanda (1911—42), Jepang (1942—45), dan Republik Indonesia (1949 sampai sekarang) (Chou, 2003:25). Adapun yang mengatakan bahwa suku Laut ini asalnya adalah para perompak yang memiliki pengaruh kuat pada masa kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor.



Manusia Suku Laut

Suku Laut kadang mereka disebut Orang Sampan karena awalnya memang berumah sampan. Belakangan baru menetap di pesisir berumah panggung menjorok ke laut. Dan selalu menyenangkan berkenalan dengan suku suku asli , macam mereka Dari Kijang, kami sengaja mampir ke Desa Air Kelubi, Kecamatan Bintan Pesisir, masih bagian Pulau Bintan. Di sini bermukim 40 KK Suku Laut . Pak Ata dari Dae, Pulau Lingga, bercerita, 1983 ia pindah ke sini sampai beranak tujuh, bercucu banyak. Mencukupi kebutuhan harian dengan memancing, merawai pari, hiu, kerapu sunu dengan pompong, perahu, sampan apolo. Suku Laut mulai mulai berkumpul sejak 1980-an dan Depsos  membina mulai 1992.






Kebudayaan


A.    Sistem Religi

Keberadaan suku Laut dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan pengaruh ajaran Islam yang menyebar lewat lautan dan perdagangan. Sistem kepercayaan yang dianut oleh suku Laut sendiri masih keprecayaan Animisme, meskipun sebagian yang lain memeluk agama Islam dan itu pun masih bercampur dengan kepercayaan nenek moyang.

B.    Sistem organisasi kemasyarakatan dan politik

Mereka hidup dan berbudaya selama berabad-abad tahun diatas lautan . Mereka lahir , kawin dan mati di lautan . Laut adalah bagian dari kehidupan mereka . Namun, kehidupan itu membuat mereka menjadi krisis identitas . Mereka sering masuk ke wilayah Malaysia dan menikah dengan suku laut yang ada disana,maka kewarganegaraan mereka patut dipertanyakan . Mereka seperti tidak peduli dengan kehidupan politik. Tidak penting bagi mereka menjadi orang Indonesia atau Malaysia . Cukup panggil mereka ‘ orang laut ‘.

C.   Sistem Pengetahuan

Saat pemerintah mencoba memasukan pendidikan pada anak suku Laut, ini menjadi kerja keras para pengajar. Pasalnya sopan santun yang terbentuk di suku Laut menjadi hal yang pertama kali mesti dibenhi, baru kemudian berhitung dan lainnya.

D.   Mata pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat suku Laut adalah nelayan. Hampir semua orang di suku Laut melakukan aktivitas yang berkaitan dengan laut, baik nelayan, memancing, dan lainnya. Bahkan kebiasaan warga suku Laut pada malam hari adalah memancing.Warga suku Laut mempercayai bahwa memancing pada tengah malam akan mendapatkan ikan lebih mudah, mereka memancing hanya menggunakan perahu sederhana(getek) dan tombak. Jika mereka tidak mendapatkan ikan mereka tidak boleh pulang dan terpaksa harus tidur dalam getek tanpa selimut(sekadarnya).



E.    Sistem Teknologi dan Peralatan

Suku Laut adalah suku yang sulit berakulutrasi, sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan adalah apa yang mereka pelajari di laut. Jangan bicara soal mesin-mesin canggih, hanya getek dan tombak sebagai alat yang digunakan dalam menangkap ikan

F.    Bahasa dan Literatur

Suku Laut sendiri dipengaruhi kuat oleh bahasa Melayu. Bahkan suku Laut sendiri lebih fasih menggunakan bahasa Melayu mereka dibandingkan bahasa Indonesia. Hal ini juga disebabkan oleh interaksi masyarakat suku Laut yang lebih sering bersua dengan orang-orang Melayu. Hidup berpindah-pindah juga menjadi salah satu faktor penggunaan bahasa Indonesia yang tidak lancer.

Kesimpulan

Di jaman yang sudah modern seperti sekarang ternyata masih banyak suku yang tidak terpengaruh besar contohnya suku laut . Mereka masih mempertahankan kebudayaan mereka seperti melakukan aktifitasnya diatas perahu . Dalam kehidupannya sehari hari pun mereka masih menggunakan alat-alat tradisional tidak menggunakan alat-alat yang sudah modern. Bahkan mereka tidak mempedulikan kewarganegaraannya sekalipun .






Rabu, 12 Maret 2014

test !!!!!!!!